Wafat 26 April, ini 7 Fakta Tentang Ki Hajar Dewantara
RAGAM.ID – Sejumlah peristiwa penting dan bersejarah terjadi pada tanggal 26 April. Salah satu di antaranya ialah peristiwa wafatnya Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah Menteri Pendidikan pertama di Indonesia pada masa kepemimpinan presiden Soekarno.
Siapa yang tidak mengenal Ki Hadjar Dewantara. Nama itu sudah tak asing lagi di telinga masyarakat berkat berbagai jasanya di bidang Pendidikan, dan itu mengapa ia mendapat julukan sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, dan diberi gelar Pahlawan Nasional. Selain itu, hari kelahirannya pun diperingati sebagai hari pendidikan nasional.
Guna mengingat ataupun menambah wawasan sejarah mengenai beliau, redaksi Ragam.id pun telah merangkum 7 di informasi penting tentangnya, sebagaimana dirangkum dari laman Romacade dan Sejarahlengkap, Minggu (26/4):
1. Berkesempatan masuk sekolah Eropa.
Soewardi (Ki Hadjar Dewantara) berasal dari lingkungan keluarga bangsawan Kadipaten Pakualaman. Dari latar belakang keluarga bangsawan tersebut ia mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan. Beliau menempuh pendidikan pertamanya di ELS (sekolah dasar untuk anak–anak Eropa/Belanda dan juga kaum bangsawan lainnya.
Setelah lulus dari ELS ia melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada masa colonial Hindia Belanda. Sekolah STOVIA yang sekarang dikenal dengan fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Namun pendidikan Soewardi tidak selesai karena ia menderita sakit ketika menempuh pendidikan di STOVIA.
2. Tertarik pada dunia jurnalistik.
Seowardi muda lebih tertarik pada dunia jurnalistik dan juga dunia menulis. Ia bekerja sebagai wartawan di beberapa perusahaan surat kabar pada saat itu, antara lain Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Gaya tulisan Ki Hadjar Dewantara sangat mencerminkan pemikirannya yang anti kolonial. Misal dalam satu tulisannya yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was. Akibat dari karyanya tersebut pemerintah kolonial Hindia Belanda terpancing amarahnya dan mengasingkan Ki Hadjar Dewantara ke pulau Bangka.
3. Bergabung dengan Boedi Oetomo dan Indische Partij
Selain menjadi wartawan dan penulis yang hebat, Ki Hadjar Dewantara memiliki jiwa sosial dan tertarik ke dunia politik. Sejak berdirinya organisasi Boedi Oetomo tahun 1908, ia terdorong untuk ikut serta di dalamnya dan berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi.
Lalu setelah itu, muncul Douwes Dekker yang mengajak Ki Hadjar Dewantara untuk ikut serta organisasi yang bernama Indische Partij.
Ki Hadjar Dewantara, Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo dikenal dengan julukan “Tiga Serangkai”. mereka merupakan rekan satu organisasi di Indische Partij. Mereka punya pikiran dan sikap anti kolonial, yang mengakibatkan pemerintahan Kolonial Hindia Belanda mengasingkan mereka pada tahun 1913.
4. Ditangkap dan diasingkan ke Belanda
Pada masa pengasingan di Belanda, soewardi aktif dalam organisasi para pelajar Indonesia yaitu Indische Vereeniging (perhimpunan Hindia). Dari sinilah awal mula munculnya cita cita dari Soewardi Muda untuk memajukan pendidikan kaum pribumi.
Ia belajar ilmu pendidikan hingga mendapatkan Europeesche Akta (Ijazah). Ijazah ini lah yang membantu beliau untuk mendirikan Lembaga pendidikan di Indonesia.
Apabila dilihat dari biografi Ki Hadjar Dewantara, pada masa pengasingannya di Belanda, beliau mempersunting seorang putri bangsawan yang bernama Raden Ajeng Sutartinah yang merupakan Putri Pakualaman Yogyakarta. Pada masa itu beliau diaruniai dua orang anak yang bernama Ni Sutapi Asti dan Ki Subroto Haryomataram.
5. Mendirikan Taman Siswa Di Indonesia
Ki Hadjar Dewantara kembali ke Indonesia pada tahun 1919, saat itu ia langsung bergabung menjadi guru di sekolah yang didirikan saudaranya. Dari pengalaman mengajar di sekolah binaan saudaranya ini kemudian ia mengembangkan konsep mengajar dan mendirikan sekolah pada tanggal 3 Juli 1922. Sekolah yang ia dirikan bernama Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa).
6. Semboyan Ki Hadjar Dewantara
Dari biografi Ki Hadjar Dewantara, yang paling diingat dan popular yaitu Semboyan Ki Hadjar Dewantara yang sangat terkenal dalam dunia pendidikan berbunyi “ing ngarsa sung tuladha”
Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah di “depan memberi contoh”,” ing madya mangun karsa” atau yang artinya “di tengah memberi semangat” dan “tut wuri handayani” yang berarti “di belakang memberi dorongan”. Semboyan ini masih dipakai hingga saat ini di dunia pendidikan Indonesia terutama di sekolah sekolah perguruan taman siswa.
7. Jadi Menteri Pendidikan RI Pertama
Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (Menteri Pendidikan) pada kabinet pertama Republik Indonesia pada tahun 1957. Selain itu beliau juga mendapatkan gelar Doktor kehormatan yaitu doctor honoris causa, Dr. H. C. dari Universitas Gajah Mada.
Atas jasa jasanya merintis Pendidikan untuk rakyat umum di Indonesia, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan hari kelahirannya (2 Mei) dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Keputusan tersebut telah diresmikan dengan adanya Surat Keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)
Perjuangan Ki Hadjar Dewantara harus berhenti, beliau wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta kemudian dimakamkan di Taman Wijaya Brata.
- 1
- 2
- 3
- 4