Kesaksian TKI Malaysia Nekat Mudik Berjalan Kaki Lintasi Hutan Belantara Selama Tiga Bulan.

RAGAM.ID – Sebuah kejadian yang tak biasa menimpa 6 orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Mereka nekat pulang kampung ke Kapuas Hulu, Kalimantan Barat dengan berjalan kaki.
Corona melanda Malaysia hingga membuat mereka dipecat dari tempat kerja.
Lantaran tak bisa lagi mendapat pemasukan di negeri tetangga, ia pun bermaksud untuk pulang ke kampung halaman.
Namun karena tak miliki biaya dan jalan normal ditutup oleh pemerintah, mereka pun berencana pulang jalan kaki.
Keenam TKI ini bernama Rifki, Holdi, Thamrin, Safari, Juli Hartono, dan Junaidi.
Mereka dikabarkan berangkat mulai tanggal 9 April 2020 lalu.
Holdi adalah satu-satunya TKI yang selamat tiba di Tanah Air.
Sementara dua orang temannya memutuskan untuk kembali ke kota Kapit Serawak, Malaysia. Namun, Ketiga temannya yang bersama-sama menyusuri hutan menyeberangi perbatasan Indonesia-Malaysia belum ditemukan sampai saat ini.
Perjalanan awalpun mulus sampai di saat mereka harus menyeberangi hutan belantara agar sampai ke kota paling dekat dengan perbatasan Malaysia-Indonesia.
Di tengah hutan itulah ia tersesat bersama teman-teman dan persediaan makanan telah menipis.
Lantaran tersesat, keenam TKI itupun memutuskan untuk berpisah menjadi dua kelompok agar bisa keluar dari hutan.
Kelompok pertama, mereka yang memutuskan kembali ke Kota Kapit Serawak, Malaysia, yakni Rifki dan Thamrin.
Kelompok kedua, kukuh melanjutkan perjalanan menuju Indonesia, kelompok kedua terdiri dari Holdi, Safari, Juli Hartono, dan Junaidi.
Namun saat berada di perjalanan untuk keluar dari hutan tersebut, Holdi terpisah dari rombongan.
Hingga akhirnya pada bulan Mei warga setempat menemukan dirinya yang sedang mencari ikan untuk menyambung hidup.
Holdi pun di bawa oleh warga untuk ke kampung terdekat yakni Desa Tanjung Lasa.
Kepala BPBD Kapuas Hulu, Gunawan menjelaskan bahwa anak buahnya kini tengah berusaha untuk bisa menemukan tiga WNI yang masih tersesat ddalam hutan sejak April lalu itu.
“Belum ditemukan. Mengingat luasnya wilayah hutan di perbatasan. Saat ini masih terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak teknis,” ungkap Gunawan. (*)