Logo Header

Sulsel Jadi Provinsi Paling Rawan Covid-19 di Indonesia

Nuri
Nuri Kamis, 11 Juni 2020 20:27
Sulsel Jadi Provinsi Paling Rawan Covid-19 di Indonesia

RAGAM.ID, MAKASSAR – Hampir di setiap kesempatan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menyampaikan pesan optimis bahwa pihaknya dapat menekan penularan dan keterpaparan Covid-19 pada akhir Mei 2020.

Bahkan Nurdin sempat meyakini bahwa Sulsel dapat menjadi provinsi pertama yang mendeklarasikan bebas Covid-19. Namun ternyata, harapan itu semakin menjauh, bahkan saat ini Sulsel justru menjadi provinsi dengan indeks penularan (Rt) corona tertinggi di Indonesia, dengan Makassar sebagai episenter wabah.

Nurdin pun menyayangkan kenyataan itu dan menilai keadaan itu terjadi karena kurangnya ketaat masyarakat mengikuti imbauan pemerintah selama PSBB.

“Makanya saya imbau, kalau kita taat, insya Allah, Mei ini kita akan selesai dengan corona ini,” ujar Nurdin, saat Live Corona Update kumparan pada 6 Mei silam.

Menurut data Bonza, platform yang memantau indeks penularan corona di Indonesia, Rt di Sulsel kini menyentuh angka 1,59. Angka ini merupakan yang tertinggi dibanding dengan 33 provinsi lainnya.

Angka 1,59 merupakan titik tertinggi sejak 18 April. Secara keseluruhan, Rt di Sulsel turun naik.

Dengan catatan, tidak pernah di bawah 1. Artinya, selalu ada peluang satu orang menulari seorang lainnya.

Data terbaru, ada 2.195 kasus positif di Sulsel. Sebanyak 704 di antaranya sembuh, sementara 97 orang meninggal dunia karena COVID-19.

Hal ini menjadikan Sulsel provinsi paling rawan corona di Indonesia.

Dalam konfrensi pers dengan BNPB pada Rabu (10/6), Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah membeberkan penyebab kasus corona di wilayahnya melonjak lagi.

“Yang (zona) merah Makassar karena kemarin ada pelonggaran Pemkot sehingga kita agak kesulitan juga. Padahal kita berharap Makassar ini episentrum utama, kita ingin Makassar lebih cepat lagi,” kata Nurdin.

Namun menurut Nurdin, pergantian PJ Wali Kota Iqbal Suhaeb ke Yusran Jusuf pada pertengahan Mei lalu menjadi persoalan.

“Kemarin ada pergantian wali kota sehingga ada miskomunikasi dalam menyusun kebijakan,” jelas Nurdin Abdullah.

Selain itu, belakangan muncul hoaks yang masif soal COVID-19 tidak berbahaya. Lebih parah lagi ada provokasi yang menyebut corona skenario rumah sakit dan dokter untuk menguntungkan mereka.

Terlepas dari itu, Nurdin menyebut tes di wilayahnya makin masif. Dari 400 per hari kini bisa mencapai 800 dalam 24 jam.

Nuri
Nuri Kamis, 11 Juni 2020 20:27
Komentar