Tanpa Kasus Kematian, Vietnam Akhiri Masa Lockdown
RAGAM.ID – Pemerintah Vietnam dikabarkan mulai melonggarkan kebijakan pembatasan atau lockdown. Sejak lockdown diberlakukan 1 April lalu, negara Asia Tenggara itu hanya mencatatkan 268 kasus Covid-19, dan sebanyak 44 pasien dinyatakan sembuh, serta tanpa angka kematian.
Berdasarkan kabar yang dilansir dari laman LA Times, mulai Kamis (23/4), otoritas setempat telah mengizinkan orang-orang di seluruh negeri untuk melanjutkan pertemuan kecil dan memulai kembali bus, taksi, dan penerbangan domestik reguler untuk pertama kalinya dalam tiga minggu.
Meski begitu, masyarakat diwajibkan pakai masker, pertemuan lebih dari 20 orang tetap terlarang, sekolah-sekolah akan tetap ditutup selama beberapa minggu lagi dan penerbangan internasional masih ditutup.
“Banyak bagian dunia masih terinfeksi, jadi risikonya belum berakhir untuk kita,” kata Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc minggu ini, Jumat (24/4).
Sebagai negara yang berbagi perbatasan dengan China, angka kasus di Vietnam tergolong rendah, hal itu tidak lepas dari langkah-langkah efektif yang dilakukan Vietnam untuk mencegah penyebaran.
Sejak pandemi terjadi, Vietnam menutup perbatasan, melakukan karantina massal, mengerahkan tentara dan polisi untuk melacak potensi infeksi, dan mendenda pengguna media sosial yang menyebarkan informasi yang salah. Vietnam juga dengan cepat melarang hampir semua perjalanan dari China, dan menangguhkan kegiatan publik termasuk sekolah.
Dalam penerapannya, Vietnam melakukan isolasi skala besar saat jumlah masih kasus rendah.
Pada bulan Februari, ketika sekelompok pekerja Vietnam dinyatakan positif terkena virus setelah kembali dari Wuhan, pihak berwenang kemudian mengunci seluruh komune (kotamadya) mereka yang terdiri dari 10.000 orang selama tiga minggu, karantina massal pertama di luar China.
Bulan lalu, lebih dari 300 staf medis, polisi, tentara, dan warga sipil dikerahkan untuk melacak kontak seorang pilot Inggris yang diyakini sebagai asal mula penyebaran corona di sebuah bar di Kota Ho Chi Minh. Pihak berwenang menutup beberapa bisnis dan mengarantina ribuan orang di apartemen mereka.
Dalam beberapa minggu terakhir, ketika infeksi impor melonjak di seluruh Asia, Vietnam menempatkan puluhan ribu pelancong yang datang, apakah mereka menunjukkan gejala COVID-19 atau tidak, dikarantina di barak tentara, asrama universitas, dan fasilitas umum lainnya.
Hal yang menarik adalah bahwa Vietnam berhasil melakukan itu semua meski tidak memiliki sumber daya untuk penanganan corona seperti negara lain – Korea Selatan yang bisa melakukan tes massal misalnya, atau Taiwan yang mampu melakukan pelacakan digital secara masif.
“Ini sangat menakjubkan,” kata Huong Le Thu, seorang analis senior di Australian Strategic Policy Institute.
“Saya berhati-hati menyebut Vietnam kisah sukses. Masih terlalu dini untuk keluar dari hutan. Tetapi langkah-langkah tersebut sejauh ini cukup efektif,” tambahnya.
Meski baik dan efektif, pengamat menyebut langkah Vietnam ini tak mudah ditiru, terutama oleh negara-negara liberal Barat.
“Hanya beberapa negara yang dapat mengendalikan dan memobilisasi sumber daya pada skala ini,” kata Le Hong Hiep, seorang analis Vietnam di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura.
“Di Vietnam mereka dapat melakukannya, dan sebagian karena sistem politik yang dirancang untuk menanggapi situasi seperti itu. Ini tidak selalu baik, tetapi dalam krisis itu membantu,” terangnya.
Bahkan, pejabat Amerika telah dikejutkan oleh tingkat infeksi Vietnam yang rendah. Para ahli dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) di Vietnam, yang telah memberikan bantuan dalam pengujian, analisis data, dan pelacakan kontak – mengatakan bahwa tidak ada indikasi data-data itu salah.
Minggu ini, media pemerintah melaporkan bahwa pengujian terhadap lebih dari 1.000 pembeli di pasar Hanoi dan lebih dari 19.000 pelancong di bandara dan stasiun kereta api di Kota Ho Chi Minh tidak menemukan adanya infeksi, ini memperkuat keyakinan bahwa wabah berhasil dikendalikan.
Keberhasilannya telah memungkinkan Vietnam untuk mulai memainkan peran sebagai donatur, di mana menyumbangkan ratusan ribu masker ke Eropa dan tetangga-tetangganya di Asia Tenggara.
Bulan ini Hanoi mempercepat pengiriman ke AS dari hampir setengah juta jas medis pelindung yang diproduksi di pabrik DuPont di Vietnam. Atas hal ini Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Vietnam.(*)
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5