Logo Header

Skenario ‘New Normal’, Wagub: Sulsel belum pada nilai Rt diijinkan

Nuri
Nuri Jumat, 29 Mei 2020 06:30
Skenario ‘New Normal’, Wagub: Sulsel belum pada nilai Rt diijinkan

RAGAM.ID, MAKASSAR – Tatanan kehidupan normal baru (new normal) di tengah pandemi virus corona (covid-19) jadi topik yang cukup ramai diperbincangkan.

Mengingat virus corona yang menyebar secara cepat ke seluruh belahan dunia, tak terkecuali di negeri kita Indonesia, sudah dapat dikategorikan sebagai bencana global.

Indonesia menjadi salah satu negara yang hendak melakukan skenario new normal atau normal baru. New normal adalah skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi.

Pada prinsipnya, Tatanan kehidupan normal baru (new normal) merupakan fase di mana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan dan publik diperbolehkan untuk kembali beraktivitas dengan sejumlah protokol kesehatan yang ditentukan pemerintah sebelum ditemukannya vaksin.

Langkah ini dijalankan pemerintah untuk memulihkan produktivitas masyarakat agar perekonomian dapat kembali bergeliat setelah terpuruk.

WHO pun memberi persyaratan penerapan Rt (Effective Reproduction Number) pada angka kecil atau sama dengan 1 bertahan dalam 14 hari. Untuk Sulsel nilai masih pada angka di atas 1 sehingga belum memenuhi syarat dalam menerapkan ‘new normal’.

Adapun beberapa syarat penerapan ‘new normal’ menurut WHO, yakni:

1. Bukti yang menunjukkan bahwa transmisi COVID-19 dapat dikendalikan.

2. Kapasitas sistem kesehatan dan kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengkarantina.

3. Risiko virus corona diminimalkan dalam pengaturan kerentanan tinggi , terutama di panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan orang-orang yang tinggal di tempat-tempat ramai.

4. Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja ditetapkan – dengan jarak fisik, fasilitas mencuci tangan, dan kebersihan pernapasan.

5. Risiko kasus impor dapat dikelola.

6. Masyarakat memiliki suara dan dilibatkan dalam kehidupan new normal.

Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman memberikan tanggapan terhadap wacana penerapan “New Normal” di Sulawesi Selatan, Ia berpendapat bahwa segala upaya dilakukan seluruh tim untuk memenuhi syarat itu.

“Nilai Rt kita masih di atas angka 1 artinya belum bersyarat. Beresiko jika langsung diterapkan. Kita harusnya fokus program Duta Wisata Covid-19 dioptimalkan untuk sentralisasi Kasus Covid19 ini”, ungkapnya

Beberapa hal yang menjadi penekanan Andi Sudirman, Pertama dengan melakukan karantina di Hotel yang telah ditetapkan kepada orang dalam pemantauan (ODP), orang tanpa gejala (OTG) sesuai protokol kesehatan.

“Data ada di Tim Gugus, Semua daerah seharusnya melakukan pengosongan wilayah dari warganya yang ODP ataupun OTG beredar di masyarakat. Semua tarik ke Hotel karantia”, Tegasnya

Kedua, lanjut Andi Sudirman, Massifkan pengetesan baik PCR maupun Rapid Test effective pada zona zona merah penyebaran terindikasi, dan ketiga adalah penerapan protokoler kesehatan secara ketat termasuk SOP setiap aktivitas warga.

Terakhir kata Andi Sudirman, Peningkatan kesadaran dan saling mengingatkan antar warga ketika melihat ada lengah dalam penggunaan protokoler kesehatan.

“Kita berharap banyak di kabupaten dan Kota mensupply secara aktif ODP/OTG dan memastikan setiap hari kosong ODP/OTG di wilayahnya”. Harapnya

Selain itu, diperlukan aksi mitigasi atau penanganan matang terkait langkah dan upaya pencegahan penyebaran covid-19.

Wagub Sulselpun memberi arahan bahwa jika setiap hari daerah dan kota sudah dinyatakan kosong setiap hari ODP/OTG karena dievakuasi ke hotel karantina, maka bisa dilihat dan evaluasi penyebaran baru dan kembali lakukan pengosongan saat muncul Kasus baru. Sehingga area penanganan di pusatkan di Hotel. Jika telah berangsur turun penyebaran baru lakukan mitigasi menuju pelaksanaan New Normal.

Andi Sudirman Sulaiman juga menyampaikan diperlukannya mitigasi bencana untuk menjaga segala kemungkinan kemungkinan terburuk

Secara bahasa, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

“Mitigasi dilakukan mengingat pertimbangan kemungkinan worst case (kasus terburuk) ledakan positif terhadap resources dan fasilitas kesehatan yang dimiliki seperti tenaga kesehatan, maupun alat kesehatan”, Tambah Andi Sudirman.

Iapun melanjutkan, Mitigasi dilakukan oleh orang orang kompeten dalam menyajikan setiap potensi yang bisa terjadi dan mitigasi solusinya seperti apa. Mulai sektor mana buka dulu. Dimulai paling top priority dengan evaluasi berkala, lalu buka lagi second priortity baru kemudian dievaluasi lagi dan seterusnya.

“Tetapi kembali saya tegaskan Sulsel belum bersyarat saat ini untuk New Normal karena nilai Rt masih di atas 1. Mari Kita berupaya maksimal dan berdoa Kita segera di angka itu. Sambil terus-menerus memantau keefektifan tindakan-tindakan ini dan respons publik. Pada akhirnya, perilaku kita masing-masing akan menentukan perilaku virus. Ini akan membutuhkan ketekunan dan kesabaran, tidak ada jalur cepat untuk kembali normal,” ujarnya.

Nuri
Nuri Jumat, 29 Mei 2020 06:30
Komentar