Logo Header

In Memoriam Prof Iskandar Idy, Tokoh Kemanusiaan (3)

Ridwan
Ridwan Jumat, 21 April 2023 03:03
In Memoriam Prof Iskandar Idy, Tokoh Kemanusiaan (3)

Terus terang, bagi saya menarasikan sosok almarhum Prof. Iskandar Idy dalam sebuah tulisan sejatinya tidak terlalu susah, namun letak kesulitannya adalah di aspek manakah yang harus ditonjolkan karena hampir semua sisi kehidupan, kepemimpinan dan ketokohan pendiri Rumah Sakit Ibu dan Anak ANANDA itu menonjol dan cemerlang. Maaf akhirnya, saya coba merangkum dalam lima hal yaitu:

1. Prof. Iskandar Idy sebagai Guru Seumur Hidup

Guru atau pendidik adalah orang yang paling berjasa dalam proses memanusiakan manusia. Tidak ada orang sukses tanpa peran guru baik pendidikan formal maupun nonformal. Guru selalu ditempatkan diposisi yang sangat terhormat dan selalu dikenang. Guru memiliki amal jariyah yang terus mengalir tiasa henti.

Prof. Iskandar Idy adalah alumni Pendidikan Guru Agama, alumni Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin, alumni S2 Manajemen Pendidikan Islam UMI Makassar, dan Program S3 Universiti Tun Abdul Razak malaysia.

Dengan modal ilmu pendidikan dan keguruan itulah, sehingga menurut penuturan almarhum kepada saya, dimana pun Prof. Iskandar Idy bertugas di sana pula beliau mengajar. Rekam jejak pengabdian sebagai guru: menjadi guru honor di Madrasah Diniyah di Rappang (1961), Guru Pendidikan Agama Islam di Departemen Agama Kodya Makassar (1967), Asisten Dosen di IAIN Alauddin (1970), Pembantu Dekan Fak. Dakwah Universitas NU Makassar (1970), Wakil Dekan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial al-Gazali Soppeng (1978), Dekan Fakultas Tarbiyah al-Gazali Soppeng (1980), Dosen Pascasarjana Universitas Islam al-Thahiriyah Jakarta (2007), Dosen (guru besar) UIN Alauddin DPK Fakultas Agama Islam UMI Makassar (2008); Ketua Umum Yayasan Perguruan Tinggi al-Gazali Makassar, mengganti Pak Wapres H. Jusuf Kalla (2010-2020).

Selama 59 tahun dari usia hidup 74 tahun Prof Iskandar Idy, berarti 79,7 % perjalanan hidupnya berada dalam dunia pendidikan sebagai guru, darahnya mengalir jiwa guru dan pendidik, bahkan hingga mencapai gelar sebagai profesor di tahun 2008.

Jabatan tertinggi akademik sebagai profesor yang diraih pastilah dilalui dengan “keringat, darah, bahkan kalau perlu air mata” karena jabatan profesor Iskandar Idy, bukan diperoleh dengan jalur apa yang disebut “honoris causa”.

2. Prof. Iskandar Idy sebagai Manager Profesional

Saya berani memastikan bahwa hampir seluruh sahabat, teman dan jejaring interaksi sosial Prof. Iskandar Idy, mengetahui bahwa almarhum adalah sosok birokrat Departemen Agama yang hebat. Pergaulannya bukan hanya di ruangan kerja, bukan hanya di madrasah dan pesantren, serta di lapangan lawn tennis, tapi jejaring soisla beliau hingga menembus di lapangan golf. Kita semua pasti mafhum bahwa permainan golf di Indonesia masih dianggap sebagai permainan kaum elit dan superkaya.

Pernah suatu ketika, Prof. Iskandar Idy ditemani istri tercintanya Hajjah Rahmah Iskandar -yang ternyata juga hebat permainan golf- berkata sama saya bahwa permainan golf itu adalah bagus untuk mengelola stabilitas kepribadian seseorang. Pemain golf itu tidak punya lawan, namun lawannya adalah dirinya sendiri, fokus apa tidak. Betul juga pikir saya.

Rekam jejak dan sepak terjang jabatan birokrasi Prof Iskandar Idy memang luar biasa mulai dari Kepala Kantor Inspeksi Pendidikan Agama Kab. Enrekang (1972), Kepala Kandepag Soppeng merangkap kepala MAN Soppeng (1976), Kepala Balai Diklat Agama Makassar (1983), Kabid Pergurais Kanwil Depag Sulsel (1991), Kabag Sekretariat Kanwil Depag Sulsel (1998), Kepala Biro IAIN Alauddin (1999), Kepala Kanwil Depag Sulsel (2000), Direktur Pengelolaan Keuangan Haji (2006), dan terakhir karier birokrasinya dipercaya Menteri Agama H. Maftuh Basuni sebagai Direktur Bina Haji Departemen Agama RI (2007).

Sepengetahuan saya, sekaligus merangkum pandangan teman-teman beliau, setiap memegang jabatan Prof Iskandar Idy selalu meninggalkan lagazy, terutama ketika sebagai Kakanwil Agama. Hampir semua gedung di Kanwil Agama saat ini adalah lagazy Prof Iskandar Idy dan jajarannya Gedung Informasi Haji (4 lantai), Gedung Bidang Penmad, Gedung Urais, Pontren dan Penaiszama (yang kemudian direhap di zamannya Pak Dr. H. Bahri Mappiasse). Lapangan Indor Tennis, bahkan pernah dibangun pula lapangan tennis Indors di Asrama Haji Sudiang (namun karena lokasinya dibutuhkan untuk pembangunan Mockup Pesawat untuk keperluan manasik haji, akhirnya lapangan indor itu dihapuskan).

Lalu di era kepemimpinan Bapak Drs. KH. Khaeroni, M.Si saat ini, Gedung Utama Kanwil kementerian Agama Sulsel direhap dan dimodernisasi guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. Amin.

Dibalik kesuksesan dan kecemerlangan birokrasi Prof. Iskandar Idy di samping ada figur istri tangguh Hajjah Rahmah, Almarhum Prof Iskandar Idy juga diperkuat dengan berbagai pengalaman Diklat Kepemimpinan yang bisa dibilang “keren” mulai dari Spadya Depag di Jakarta (1981), Training of Coach di bandung (1983), Training of Trainer di Jakarta (1984), Management of Training di Jakarta (1985), Sespa Nasional di Jakarta (1986), School Management Training di New Zaeland (1997), Strategic Overseas di Pakistan (2000) dan Lemhanas 9 Bulan di Jakarta (2001).

3. Prof. Iskandar Idy sebagai Pemimpin Umat yang Strategik

Ternyata antara Birokrasi, Pendidikan, dan Sosial Keagamaan bagi Prof Iskandar Idy ternyata sulit dipisahkan, selalu berjalanan sinergis dan berbarengan, atau paling tidak bergantian sejalan dengan kondisi.

Ternyata bagi almarhum Iskandar Idy, istilah “pensiun” tidak pernah dirasakan secara hakiki, sebab memasuki usia purnabakti dari Departemen Agama, atas permintaan Gurutta KH. Sanusi Baco almaghfurlah, Prof. Iskandar Idy diminta mengajukan diri sebagai Calon Ketua Tanfidziyah PWNU Sulawesi Selatan pada Konferensi Wilayah NU Sulsel di Kab. Pangkep, akhirnya terpilih.

Beliau juga pernah menjabat Ketua GUPPI Sulawesi Selatan, anggota Biro Kerohanian Golkar Sulsel (ketika PNS masih diperbolehkan), Dengan manajemen strategik Prof. Is dalam pemberdayaan potensi NU di Sulsel, Karya monumental Prof Iskandar bersama Panitia Pembangunan adalah keberhasilan mempersembahkan mahakarya Gedung Nahdlatul Ulama Sulawesi Selatan. Semoga Gedung lagzay ini menjadi central pembinaan umat sekaligus membangun jiwa nasionalisme anak bangsa.

4. Prof. Iskandar Idy sebagai Pelaku Entrepreneurship Andal

Semua “orang sekeliling” Prof Iskandar Idy pasti tahu betul bahwa sosok Pegawai Departemen Agama yang bisa dibilang sukses dan berberkah dalam dunia bisnis adalah salah satunya adalah Prof Iskandar Idy. RSIA ANANDA adalah bukti nyata. Belum lainnya misalnya Biro Penyelenggara Haji dan Umrah, Bisnis ternak sapi di Gowa, dan Pertanian di Sidrap.

Saya tidak tahu persis, siapa sebenarnya yang memiliki jiwa bisnis, Prof. Iskandar atau Ibu Hajjah Rahmah, pasti sulit dipisahkan antara peran keduanya dalam dunia bisnis Prof. Iskandar. Namun di masa-masa tuanya, beliau sering sekali cerita sama saya: “alhamdulillah Pak Kaswad, nikmat Allah kepada saya besar sekali. Bersyukur, saya ini pegawai Departemen Agama tapi berani mendirikan apotik dan rumah sakit. Manajemen Rumah sakit itu tidak sama di Departemen Agama. Butuh profesionalitas” “Oleh karena itu” lanjut Prof KH Iskandar Idy “bentuk syukur saya adalah membebaskan biaya rumah sakit 100 % bagi ulama dan kyai, sedangkan untuk pegawai Kementerian Agama, gratis rumah sakit tapi tetap bayar untuk biaya dokter”. Bagi saya, sentuhan tangan Prof. Iskandar Idy itu seperti “Tangan Cina”, selalu berhasil usaha bisnisnya.

Sebagai “anak idiologis” saya selalu bertanya dalam hati dan bertahun-tahun mencari “password” keberhasilan dan keberkahan hidup Prof. Iskandar Idy. Tapi akhirnya saya yakin dengan sendirinya bahwa amalan-amalan Prof Iskandar Idy di bawah inilah yang menjadi kata kunci sukses, keberkahan dan ketokohan Prof. Iskandar Idy. (1) Kepedulian dan kedermawanannya, (2) Cepat tidur dan qiyamul lail secara istiqomah, (3) Yasinan “fadhilah” setiap malam Jum’ah, (5) Hormat sekali sama ulama dan kyai, (6) Biasa marah tapi tidak dendam.

5. Prof. Iskandar Idy sebagai Pemimpin Keluarga yang Harmonis

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya” Begitulah salah satu hadis Nabi saw. Dalam membina rumah tangga bersama Hj. Rahmah halim yang dikaruniai empat anak yaitu H. Nurkhalis, H. Muliadi, Hj. Darariani, dan H. Fadli Ananda, gak tahu persis berapa cucu beliau. Prof. Iskandar Idy memang termasuk suami yang sangat dekat dengan keluarganya.

Dari kedekatan dan perhatian Beliau kepada keluarganya, inilah juga menurut saya, beliau ditakdirkan wafat di rumah kediaman bersama istri dan anak-anaknya. Padahal tanggal 17 April saat ajal tiba sejatinya adalah jadwal terbang ke Singapore untuk berobat. Suatu ketika dalam perjalanan dari Luwu Timur ke Makassar, di mobil dinas Kakanwil ada empat orang yaitu Prof. Iskandar, Ibu hj. Rahmah, dan saya serta sopir. Setelah melewati Mangkoso, ibu mau beli bandikek (semangka) dan sayur labu yang diperjualbelikan di sepanjang jalan itu.

Di kesempatan itu, Prof. Iskandar sekalian buang air kecil yang memang sudah agak kebelet. Setelah selesai hajatnya, tiba-tiba Prof. Iskandar Idy mengajak saya masuk kembali ke dalam mobil. Ketika Ibu haji sudah masuk mobil, begitu juga oleh-olehnya sudah disimpan di bagasi, tiba-tiba Prof. Iskandar bicara sambil guyonan yang mobilnya mulai jalan. “Kaswad, pantas itu penjual bandikek dan sayur di sini tidak bisa kaya.” Komen Pak Kakanwil, “kenapa Pak” sahut saya. Pak Kakanwil lanjutkan keherannya: “Kita gak dengar tadi Ibu menawar semangka? Bayangkan Kaswad, penjual bilang Rp 6 ribu, masih di tawar 5 ribu”. Ibu langsung menjawab: “memang begitu ibu-ibu, bagus kalau menawar.”.

Prof. Iskandar menyahut sambil main-main: “untung ibu penjual tadi tidak tahu bahwa pembelinya itu istri Kakanwil.” Mobil terus jalan, sambil cerita kebiasaan ibu-ibu kalau belanja, yang tidak sama model belanja bapak-bapak yang malu menawar. Sesampainya di Kota Pangkajene Pangkep, Prof. Iskandar Idy kasih tahu sopir untuk berhenti di RM tujuh Tujuh, warung makan ikan bakar langganan Prof Iskandar Idy. Ini yang saya suka perjalanan sama almarhum karena beliau itu tidak kuat tahan lapar.

Nah, berdasar dari perjalanan hidup Prof Iskandar itulah, sehingga Prof Hamdan Juhannis Ph.D Rektor UIN Alauddin ketika memberikan taushiyah takziyah di hari ke-2, menyampaikan antara lain Prof. Iskandar itu sudah masuk ke dalam hukum kebaikan, baik head to head act of kindness, random act of kindness atau di siklus kebaikan. Yang jelas Gurunda Prof Iskandar Idy layak disebut sebagai tokoh kemanusiaan.

Makassar, 20 April 2023

H. Kaswad Sartono (Kabiro AAKK UIN Alauddin Makassar / Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Makassar)

Ridwan
Ridwan Jumat, 21 April 2023 03:03
Komentar